Press ESC to close

Mengapa Sistem ERP Harus Dikembangkan Bersama Konsultan Bisnis, Bukan Hanya Developer

Banyak perusahaan di Indonesia yang ingin membangun sistem ERP (Enterprise Resource Planning) langsung berfokus pada hal teknis — memilih framework, menentukan stack, dan mencari vendor developer. Namun, di balik semua itu, ada satu faktor penting yang sering diabaikan: peran konsultan bisnis ERP.

Konsultan bisnis bukan sekadar pelengkap, tapi jembatan antara strategi bisnis dan implementasi teknologi. Mereka memahami bagaimana proses kerja perusahaan berjalan, bagaimana alur approval terbentuk, hingga bagaimana data keuangan, produksi, dan distribusi harus saling terhubung. Tanpa pemahaman bisnis yang matang, ERP hanya akan menjadi software kompleks yang tidak terpakai optimal.

Faktanya, lebih dari 60% proyek ERP gagal di fase implementasi, bukan karena kesalahan coding, tapi karena ketidaksesuaian antara rancangan sistem dan kebutuhan operasional perusahaan. Itulah mengapa peran konsultan bisnis menjadi sangat krusial dalam setiap tahapan pengembangan ERP — mulai dari analisis kebutuhan hingga integrasi sistem berjalan.

Artikel ini akan membahas peran penting konsultan bisnis dalam pengembangan ERP, risiko jika perusahaan hanya mengandalkan developer, serta bagaimana pendekatan Layana.ID menyatukan dua dunia — bisnis dan teknologi — agar implementasi ERP benar-benar memberi dampak nyata.


Mengapa ERP Tidak Cukup Dikerjakan oleh Developer

ERP bukan sekadar aplikasi. Ia adalah refleksi dari seluruh proses bisnis perusahaan. Setiap modul — keuangan, pembelian, produksi, HR, gudang, hingga CRM — harus berjalan selaras dan mengikuti logika bisnis yang ada.

Seorang developer hebat bisa membangun sistem yang cepat dan stabil, tapi belum tentu memahami konteks:

  • Apakah laporan keuangan mengikuti PSAK atau IFRS?
  • Bagaimana workflow approval pembelian antar departemen?
  • Apakah sistem stok mengikuti FIFO atau weighted average?
  • Siapa yang berhak melakukan adjustment inventory?

Tanpa pemahaman ini, software ERP bisa jadi indah di tampilan, tetapi salah di esensi. Inilah jebakan yang sering membuat perusahaan mengira proyeknya sudah selesai padahal belum siap dipakai operasional.


Peran Konsultan Bisnis ERP

Konsultan bisnis berperan sebagai “penerjemah” antara user dan developer. Mereka memahami bahasa operasional dan bahasa teknis secara bersamaan. Berikut fungsi utama mereka:

1. Analisis Kebutuhan Bisnis

Mereka menggali proses kerja di tiap departemen: keuangan, gudang, HR, produksi, dan penjualan. Dari situ, disusun Business Requirement Document (BRD) dan Process Flow Diagram yang jadi acuan developer.

2. Menentukan Scope dan Prioritas

ERP tidak bisa dibangun sekaligus. Konsultan membantu memetakan fase implementasi agar sesuai anggaran dan urgensi.

3. Mendesain Alur Proses Digital (Business Blueprint)

Mereka menerjemahkan SOP manual menjadi digital workflow. Contohnya: approval pembelian yang semula lewat email, menjadi alur otomatis di sistem.

4. Validasi Fitur dan UAT (User Acceptance Test)

Konsultan bisnis memastikan setiap modul yang dikembangkan sesuai kebutuhan dan bisa digunakan user di lapangan.

5. Training & Change Management

Karyawan sering menolak sistem baru. Konsultan membantu proses adaptasi agar perubahan tidak menimbulkan resistensi.


Risiko Jika Tanpa Konsultan Bisnis

1️⃣ Sistem Tidak Relevan dengan Proses Nyata
Developer bisa membuat fitur yang bagus, tapi tidak sesuai cara kerja tim operasional.

2️⃣ Tumpang Tindih Data dan Workflow
Tanpa analisis alur bisnis, antar modul bisa saling tumpang tindih atau malah tidak sinkron.

3️⃣ Biaya Revisi Membengkak
Revisi besar terjadi saat sistem sudah hampir jadi, karena user baru sadar kebutuhannya tidak terwakili.

4️⃣ Adopsi User Rendah
Karyawan tidak mau menggunakan sistem karena tidak sesuai kebiasaan kerja mereka.


Studi Kasus: ERP Gagal karena Tidak Ada Konsultan Bisnis

Sebuah perusahaan distribusi di Surabaya memesan sistem ERP langsung ke vendor software. Proyeknya selesai dalam 8 bulan. Namun saat digunakan, tim gudang dan keuangan sering berselisih karena data stok dan laporan penjualan tidak sinkron.

Setelah dievaluasi, masalahnya bukan pada teknologinya — tapi di requirement awal. Tim developer tidak memahami bahwa barang retur perlu masuk laporan keuangan dalam akun berbeda. Akibatnya, sistem tidak bisa merekonsiliasi transaksi dengan benar.

Setelah Layana.ID melakukan analisis ulang dengan pendekatan konsultatif, alur bisnis diperbaiki dan sistem disesuaikan. Hasilnya, waktu tutup buku keuangan bulanan turun dari 10 hari menjadi hanya 3 hari.


Model Kolaborasi Ideal: Konsultan Bisnis + Developer

Di Layana.ID, setiap proyek ERP dijalankan dengan model kolaboratif:

TahapPeran Konsultan BisnisPeran Developer
DiscoveryAnalisis proses bisnis, observasi operasionalMemberi masukan teknis & estimasi sistem
BlueprintMembuat diagram alur & BRDMendesain arsitektur sistem
DevelopmentValidasi workflow & fiturImplementasi kode & database
UATUji coba bersama userDebugging & optimasi
DeploymentEvaluasi dan training userSetup server & sistem
MaintenanceMonitoring KPI dan feedbackUpdate versi dan patch

Dengan kolaborasi ini, ERP tidak hanya “berfungsi”, tapi juga berarti.


Dampak Nyata dari Pendekatan Ini

  • Waktu implementasi berkurang hingga 30% karena requirement jelas sejak awal.
  • Revisi pasca go-live turun 50%.
  • Kepuasan user meningkat karena sistem sesuai kebutuhan lapangan.
  • Perusahaan bisa langsung mengukur ROI implementasi dalam 6–12 bulan.

Kesimpulan

ERP bukan proyek teknologi semata, tetapi transformasi bisnis menyeluruh. Perusahaan yang hanya fokus pada aspek teknis berisiko gagal mencapai manfaat sesungguhnya.

Dengan melibatkan konsultan bisnis ERP, pengembangan sistem akan jauh lebih terarah, sesuai kebutuhan, dan berkelanjutan. Kombinasi antara pemahaman bisnis dan kekuatan teknis adalah kunci implementasi ERP yang sukses.


Hubungi Kami

📌 Website: https://layana.id
📱 WhatsApp: 6281804251557
📄 Company Profile: Download PDF

Ikuti kami untuk insight lainnya: